Friday, December 10, 2010

IKTERUS

DEFENISI

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa dan adanya deposisi produk akhir metabolism hem yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih dari 5mg/dL. Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah >13 mg/dL.pada bayi baru lahir, ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis,kecuali :
1.      Timbul dalam 24 jam pertama
2.      Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan> 13mg/dL atau bayi kurang bulan > 10 mg/dL
3.      Peningkatan bilirubin > 2 mg/dL
4.      Ikterus menetap pada usia >2 minggu
5.      Terdapat factor resiko
Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum. Bilirubin dapat masuk kejaringan otak. Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam otak .
Kelain ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik. Bentuk akut terdiri dari 3 tahap :
1.      Tahap 1 ( 1-2 hari pertama )
2.      Tahap 2 ( pertengahan minggu pertama )
3.      Tahap 3( setelah minggu pertama )







ETIOLOGI
Peningkatan kadar bilirubin umumnya terjadi pada setiap bayi baru lahir :
1.      Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah yang banyak dan berumur lebih pendek.
2.       Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase, UDPG/T dan ligad dalam protein belum ade kuat) > penurunan abilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi
3.      Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfunngsinya enzim > glukuronidase diusus dan belum ada nutrie
Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan ( ikterus non fifiologis ) dapat disebabkan oleh factor atau keadaan :
1.      Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi rhesus defisiensi  G6PD , sferositosis herediter dan pengaruh obat
2.      Infeksi ,septicemia , sepsis, meningitis , infeksi saluran kemih ,infeksi intra uterin .
3.      Polisitemia
4.      Ekstrafasasi sel darah merah , sefalhematom , kontusio, trauma lahir
5.      Ibu diabetes
6.      Asidosis
7.      Hipoksia/ asfiksia
8.      Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan meningkatkan sirkulasi entrohepatik

2. Faktor Risiko

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum:

a.    Faktor Maternal
  • Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)
  • Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
  • Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.
  • ASI

b.    Faktor Perinatal
  • Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)
  • Infeksi (bakteri, virus, protozoa)

c.    Faktor Neonatus
  • Prematuritas
  • Faktor genetik
  • Polisitemia
  • Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
  • Rendahnya asupan ASI
  • Hipoglikemia
·                     Hipoalbuminemiai

PATOFISIOLOGIS
Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya memecahan eritrosit. Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam, dan puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah itu perlahan –lahan akan menurunkan mendekati nilai norma dalam beberapa minggu.
1.      Ikterus fisiologis
Secara umum, setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum, namun kurang 12 mg/dL pada hari ketika hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis . pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut: kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mg/dL, kemudian meurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir . kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12mg /dLengan bilirubin terkonugasi <2mg/dL.
Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai dengan prematuritas , ras, dan factor-faktor lain. Sebagai contoh, bayi premature akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke  kehidupan dan berlangsung lebih lama , kadang sampai beberapa minggu, bayi ras cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke4-5  setelah lahir .
Fktor yang berperan pada munculnya ikterus fifiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisetemia yang relative , pemendekan masa hidup eritrosit ( pada bayi 80hari dibandingkan dewasa 120 hari ), proses ambilan dan konyugasi dihepar yang matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Gambar berikut menunjukan metabolismen pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin;
http://www.smallcrab.com/images/stories/bilirubin.PNG
2.      Ikterus pada bayi mendapat ASi
Pada sebagian bayi mendapatkan ASI ekslusif , dapat terjadi ikterus yang berkepanjangan. Hal ini terjadi karena adanya factor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan  absorsi bilirubin diusus halus . bila tidak ditemukan factor resiko lain ibu tidak perlu khawatir, ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah.
Apabila keadaan umum bayi baik, aktif, minum kuat, tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin.
PENATALAKSANAAN
1.      Ikterus fisiologis
Bayi sehat, tanpa factor resiko, tidak diterpi,. Perlu diingta bahwa pada bayi sehat, aktif, minum kuat, cukup bulan , pada kadar bilirubin tinggi, memungkinkan terjadinya kernikterus sangat kecil. Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat , dapat dilakukan cara berikut :
A.    Minum ASI dini dan ssering
B.     Terapi sinar, sesuai dengan panduan WHO
C.     Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam , diperlukan pemeriksaan ulang dan control lebih cepat (terutama bila tampak kuning )

2.      Tatalaksana hiperbilirubinemia
Hemolitik
Paling sring disebabkan oleh inkopatibilitas factor rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi . tatalaksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua jenis ikterus hemolitik apapun penyebabnya
a.       Bila nilai bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkan trasfusi tukar , kadar hemoglobin <13g/dL (hematrokit <40%)  dan tes coombs positif , segera rujuk bayi
b.      Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak dimungkinkan untuk dilakukan tes coombs, segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin <13 g/dL (hematokrit< 40% )
c.       Bila bayi dirujuk untuk ditrasfusi tukar
1.      Persiapkan transfer
2.      Segera kirim bayi kerumah sakittersier atau senter dengan fasilitas trasfusi tukar
3.      Kirim contoh darah ibu dan bayi
4.      Jelaskan kepada ibu tetang penyebab bayi menjadi kuning, mengapa perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi
d.      Nasehatin ibu :
1.      Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas rhesus, pastikan ibu mendapat informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan yang berikutnya.
2.      Bila bayi memiliki defisiensi G6PD , informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh :obat anti malaria obat-obatan golongan sulfat , aspirin )
3.      Bila hemoglobin <10g/dL (hematrokrit <30%) berikan trasfusi darah
4.      Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu lebih lama pada bayi kecil (berat lahir <2,5 kg atau lahie sebelum kehamilan 37 minggu ), teraooi sebagai ikterus berkepanjangan
5.      Follow up setela kepulangan ,periksakan kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu. Bila hemoglobin <8 g.dL(hematokrit< 24%), berikan trasfusi darah 
REFERENSI
Jitowiono,sugeng,2010, asuhan keperawatan neonatus dan anak,nuha medika,Yogyakarta
Surasmi, asrining,2003,perawatan bayi reriko tinggi, Jakarta, ECG
Staf pengakar ilmu kesehatan anak fakultas kedokteran universitas Indonesia,1985.ilmu kesehatan anak, infomedika Jakarta.

No comments:

Post a Comment